LAPORAN
PRAKTIKUM TAKSONOMI 1
“Identifikasi
Pterydophyta”
DosenPengampu : Prasetyo ,M.Pd
Disusun
Oleh :
Nama : Nur
Fandilah
Npm : (12320175)
Kelas : 2E
Jurusan
Pendidikan BIologi
Fakultas
Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
IKIP
PGRI SEMARANG
Tahun
Ajaran 2012/2013
PTERIDOPHYTA
Tujuan :
a. Untuk
mengidentifikasi sample spesies dari
divisio Pteridophyta.
b. Untuk
mengklasifikasikan sample spesies dari divisio Pteridophyta.
Manfaat:
a. Dapat
mengidentifikasi sample spesies dalam divisio Pteridophyta.
b. Dapat
mengklasifikasikan sample spesies dari divisio Pteridophyta.
TinjauanPustaka:
Tumbuhan paku dalam dunia
tumbuh-tumbuhan termasuk golongan besar atau Divisi Pteridophyta (pteris = bulu
burung; phyta = tumbuhan), yang diterjemahkansecara bebas berarti tumbuhan yang
berdaun seperti bulu burung. Tumbuhan paku merupakan tumbuhan peralihan antara
tumbuhan bertalus dengan tumbuhanberkormus, sebab paku mempunyai campuran sifat
dan bentuk antara lumut dengan tumbuhan tingkat tinggi.
Tumbuhan
paku (Pteridophyta) dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat rendah, karena
meskipun tubuhnya sudah jelas mempunyai kormus, serta mempunyai system pembuluh
tetapi belum menghasilkan biji, dan alat perkembangbiakan yang lain. Alat
perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Jadi penempatan
tumbuhan paku kedalam golongan tingkat rendah atau tinggi bias berbeda-beda
tergantung sifat yang digunakan sebagai dasar. Jika didasarkan pada macam alat
perkembangbiakannya, maka sebagai tumbuhan berspora tergolong tumbuhan tingkat
rendah. Namun, jika didasarkan pada macam ada atau tidaknya system pembuluh,
tumbuhan paku dapat digolongkan sebagai tumbuhan tingkat tinggi karena sudah
mempunyai berkas pembuluh.
Meskipun
tumbuhan paku mempunyai akar, batang, dan daun, tetapi untuk yang primitif
daunnya masih sangat sederhana. Tumbuhan paku belum mempunyai lamina dan masih
dinamakan microfil. Anggota dari Pteridophyta mempunyai habitus yang heterogen,
dari yang berukuran kecil sampai yang berukuran besar.
Sebagai
tumbuhan tingkat rendah, Pteridophyta lebih maju dari pada Bryophyta karena
sudah mempunyai berkas pembuluh. Sporofitnya hidup bebas dan berumur panjang.
Sudah ada akar sejati, dan sebagian sudah merupakan tumbuhan heterospore.
Tumbuhan
paku dimasukkan dalam divisi tersendiri yaitu Pteridophyta, yang dapat
dibedakan atas beberapa kelas yaitu Psilophytineae, Lycopodineae, Equisetaneae,
dan Filicineae.
v Berdasarkan
habitatnya, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu :
·
Paku Tanah
Tumbuhan
yang termasuk kelompok ini ialah paku-pakuan yang hidup di tanah, tembok dan
tebing terjal. Paku tanah dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Paku
Pemanjat
Tumbuhan ini mempunyai
rimpang yang ramping dan panjang, berakar dalam tanah, memanjat pohon tapi
tidak epifit. Beberapa contohnya adalah Bolbitis
heteroclite Ching dll.
2. Paku
batu-batuan dan tebing sungai
Tumbuhan paku jenis ini
tumbuh pada batu-batuan atau pada tebing sungai, menyukai kelembaban.
Rimpangnya menjalar pada permukaan batuan dan akar-akarnya masuk kecelah-celah
batu. Contohnya Pteris sericea Ching
dll.
·
Paku Epifit
Jenis
tumbuhan ini hidup pada tumbuhan lain, terutama yang berbentuk pohon. Paku
epifit dibagi menjadi dua macam yaitu :
1. Epifit
pada tempat-tempat terlindung, tumbuhan ini tumbuh pada bagian bawah pohon di
hutan terutama dekat aliran air atau ditempat-tempat yang dibayangi pegunungan.
Contohnya anggota Hymenophyllaceae dll.
2. Epifit
pada tempat-tempat terbuka, tumbuhan ini terdapat pada tempat yang terkena
sinar matahari langsung atau agak teduh dan tahan terhadap angin. Contohnya
Drynaria J. Smith dll.
·
Paku Akuatik
Tumbuhan
yang termasuk kelompok ini mengapung bebas dipermukaan air. Contohnya ialah
anggota family Salviniaceae dan Marsileaceae.
v Berdasarkan
fungsinya, daun tumbuhan paku dibedakan menjadi dua yaitu :
a. Tropofil
(daun steril)
Daun
yang hanya berfungsi untuk fotosintesis.
b. Sporofil
(daun fertil)
Fungsi
utamanya adalah menghasilkan sporangium, biasanya hamper semua sporofil juga
berfungsi sebagai organ untuk fotosintesis.
v Berdasarkan
ukuran daunnya, tumbuhan paku dibagi menjadi dua macam :
a. Isofil
Daun-daunnya
yang mempunyaiukuran sama atau serupa.
b. Anisofil
Daun-daunnya
terdiri atas 2 ukuran yaitu yang satu lebih besar dari yang lain.
Secara
umum, ciri-ciri tumbuhan paku mempunyai:
·
Lapisan
pelindung sel yang terdapat di sekeliling organ reproduksi,
·
Embrio
multiseluler yang terdapat di dalam arkegonium,
·
Lapisan
kutikula pada bagian luar tubuh,
·
Sistem
transportasi internal yang berfungsi sebagai pengangkut air dan zat-zat mineral
dari dalam tanah,
·
Struktur
tubuh terdiri atas bagian-bagian akar, batang dan daun,
·
Akarnya
berupa rizoid yang bersifat seperti akar serabut dengan ujung dilindungi
kaliptra,
·
Batangnya
pada umumnya tidak tampak (kecuali tumbuhan paku tiang) karena terdapat di
dalam tanah berupa rimpang, menjalar, atau sedikit tegak,
·
Daunnya
yang muda umumnya melingkar atau menggulung.
Berdasarkan
bentuk, ukuran dan susunan daunnya, tumbuhan paku dapat dibedakan menjadi :
1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
1. Daun mikrofil (daun kecil), berbentuk seperti rambut atau sisik, tidak bertangkai dan bertulang daun serta belum memperlihatkan diferensiasi sel.
2. Daun makrofil (daun besar), ukurannya besar, bertangkai,
bertulang daun, dan bercabang-cabang serta sel-selnya sudah terdiferensiasi
dengan baik..
Pteridophyta
memiliki cirri-ciri struktur sebagai berikut:
Embrio sudah dapat dibedakan adanya dua kutub, yaitu kutub
atas yang akan berkembang menjadi tunas dan kutub bawah yang disebut kutub
akar. Kutub akar tidak terus berkembang membentuk akar, karena akar tumbuhan
paku bersifat endogen dan tumbuh ke samping dari batang. Dengan demikian embrio
Pteridophyta bersifat unipolar, akar yang keluar pertama tidak dominan dan
segera disusul oleh akar-akar lain yang muncul dari batang. Akar memiliki
kaliptra.
Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu atau
membentuk cabang-cabang ke samping yang bukan keluar dari ketiak daun. Daun-daun pada Pteridophyta yang
tinggi tingkat perkembangannya memiliki sifat-sifat yang sesuai dengan daun
Spermatophyta. Dalam akar, batang dan daun terdapat
jaringan pengangkut, yaitu terdiri atas xylem dan floem. Berkas pengangkut
konsentris amfikibral yaitu xylem ditengah dikelilingi oleh floem.
Pertumbuhan menebal sekunder karena kegiatan cambium belum
ada. Sporofit memiliki kormus yang
sesungguhnya. Sporangium dan spora terbentuk pada daun, kadang-kadang dalam
ketiak atau ujung tunas. Daun-daun yang mempunyai sporangium disebut sporofil,
sedangkan daun-daun yang steril disebut tropofil. Sporangium memiliki lapisan-lapisan dinding yang
menyelubungi jaringan sporogen. Sel-sel sporogen membulat dan memisahkan diri
satu sama lain menjadi sel-sel induk spora. Masing-masing membelah reduksi
membentuk 4 spora haploid yang dapat bergandengan tetraeder.
Lapisan sel-sel yang mengandung banyak plasma dan berguna
member makan pada sel-sel sporogen dinamakan tapetum, terdapat di sekeliling
jaringan sporogen. Spora memiliki tiga lapis dinding, berturut-turut dari luar
ke dalam yaitu perisporium, eksosporium dan endosporium. Endosporium berdinding
tipis menempel di sebelah dalam eksosporium yang berdinding tebal dan kuat,
sedangkan perisporium merupakan lapisan tambahan yang dibentuk dari
periplasmodium (plasma yang melumuri sel-sel induk spora).
Warga
Pteridophyta amat heterogen bila ditinjau dari segi habitus dan cara hidupnya.
Ada jenis yang sangat kecil dengan daun-daun kecil dan
struktur yang masih sangat sederhana, ada pula yang besar dengan daun-daun yang
mencapai ukuran panjang sampai 2 sampai 30 m dengan garis tengah batang sampai
2 m. dari segi cara hidupnya ada jenis paku yang hidup teresterial, ada paku
epifit, dan ada paku air. Jutaan tahun lalu, hutan-hutan di bumi kemungkinan
disusun atas warga tumbuhan paku yang berupa pohon-pohon yang tinggi besar, dan
kita kenal sisanya sebagai batubara. Jenis-jenis yang sekarang masih ada
sebagian besar bersifat higrofit yang menyukai tempat-tempat teduh dan lembab
serta berukuran tinggi beberapa meter saja.
Jenis paku yang menghasilkan spora berumah satu dan sama
besar disebut paku homospor, sporanya mempunyai sifat-sifat yang sama, dan
setelah berkecambah menghasilkan protalium dengan anteridium dan arkegonium.
Contoh paku homospor dapat dijumpai pada Filicineae. Paku yang protaliumnya
tidak sama besar dan berumah dua disebut paku heterospor, contohnya pada
Selaginellales, dan Hydropteridales. Pemisahan jenis kelamin telah terjadi pada
pembentukan spora, selain berbeda jenis kelaminnya juga berbeda ukurannya.
Spora yang besar dinamakan makrospora dan terbentuk dalam macrosporangium, dan
pada waktu perkecambahan tumbuh menjadi makroprotalium. Spora yang kecil
disebut mikrospora, dihasilkan dalam mikrosporangium. Mikrospora tumbuh menjadi
mikroprotalium. Padanya terdapat anteridium.
Ukuran dan bentuk tubuh
Tumbuhan paku memiliki ukuran yang bervariasi dari yang
tingginya sekitar 2 cm, misalnya pada tumbuhan paku yang hidup mengapung di
air, sampai tumbuhan paku yang hidup di darat yang tingginya mencapai 5 m
misalnya paku tiang (Sphaeropteris). Tumbuhan paku purba yang telah
menjadi fosil diperkirakan ada yang mencapai tinggi 15 m. Bentuk tumbuhan paku
yang hidup saat ini bervariasi, ada yang berbentuk lembaran, perdu atau pohon,
dan ada yang seperti tanduk rusa.
Tumbuhan paku terdiri dari dua
generasi, yaitu generasi sporofit dan generasi gametofit. Generasi sporofit dan
generasi gametofit ini tumbuh bergantian dalam siklus tumbuahan paku. Generasi
sporofit adalah tumbuhan yang menghasilkan spora sedangkan generasi gametofit
adalah tumbuhan yang menghasilkan sel gamet (sel kelamin). Pada tumbuhan paku,
sporofit berukuran lebih besar dan generasi hidupnya lebih lama dibandingkan
generasi gametofit. Oleh karena itu, generasi sporofit tumbuhan paku disebut
generasi dominan. Generasi sporofit inilah yang umumnya kita lihat sebagai
tumbuhan paku.
Struktur dan
fungsi tubuh tumbuhan paku generasi sporofit
Tumbuhan paku sporofit pada umumnya
memiliki akar, batang, dan daun sejati. Namun, ada beberapa jenis yang tidak
memiliki akar dan daun sejati. Batang tumbuhan paku ada yang tumbuh di bawah
tanah disebut rizom dan ada yang tumbuh di atas permukaan tanah. Batang yang
yang tumbuh di atas tanah ada yang bercabang menggarpu dan ada yang lurus tidak
bercabang. Tumbuhan paku yang tidak memilki akar sejati memilki akar berupa rizoid
yang terdapat pada rizom atau pangkal batang. Tumbuhan paku ada yang berdaun
kecil (mikrofil) dan ada yang berdaun besar (makrofil). Tumbuhan paku yang
berdaun kecil, daunnya berupa sisik. Daun tumbuhan paku memiliki klorofil untuk
fotosintesis. Klorofil tumbuhan paku yang tak berdaun atau berdaun kecil
terdapat pada batang.
Tumbuhan paku sporofit memiliki
sporangium yang menghasilkan spora. Pada jenis tumbuhan paku sporofit yang
tidak berdaun, sporangiumnya terletak di sepanjang batang. Pada tumbuhan paku
yang berdaun, sporangiumnya terletak pada daun yang fertil (sporofil). Daun
yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil).
Sporofil ada yang berupa helaian dan
ada yang berbentuk strobilus. Strobilus adalah gabungan beberapa sporofil yang
membentuk struktur seperti kerucut pada ujung cabang. Pada sporofil yang
berbentuk helaian, sporangium berkelompok membentuk sorus. Sorus dilindungi
oleh suatu selaput yang disebut indisium. Sebagian besar tumbuhan paku memiliki
pembuluh pengangkut berupa floem dan xilem. Floem adalah pembuluh pengangkut
nutrien organik hasil fotosintesis. Xilem adalah pembuluh pengangkut senyawa
anorganik berupa air dan mineral dari akar ke seluruh bagian tumbuhan. Spora
yang menghasilkan sporofit akan tumbuh membentuk struktur gametofit berbentuk
hati yang disebut protalus atau protaliaum.
Struktur dan fungsi tubuh tumbuhan paku
generasi gametofit
Gametofit tumbuhan paku hanya berukuran
beberapa milimeter. Sebagian besar tumbuhan paku memiliki gametofit berbentuk
hati yang disebut protalus. Protalus berupa lembaran, memiliki rizoid pada bagian
bawahnya, serta memiliki klorofil untuk fotosintesis. Protalus hidup
bebas tanpa bergantung pada sporofit untuk kebutuhan nutrisinya. Gametofit
jenis tumbuhan paku tertentu tidak memilki klorofil sehingga tidak dapat
berfotosintesis. Makanan tumbuhan paku tanpa klorofil diperoleh dengan cara
bersimbiosis dengan jamur.
Gametofit memilki alat reproduksi seksual. Alat
reproduksi jantan adalah anteridium. Anteridium menghasilkan spermatozoid
berflagelum. Alat reproduksi betina adalah arkegonium. Arkegonium menghasilkan
ovum. Gametofit tumbuhan paku jenis tertentu memiliki dua jenis alat reproduksi
pada satu individu. Gametofit dengan dua jenis alat reproduksi disebut
gametofit biseksual. Gametofit yang hanya memiliki anteridium saja atau
arkegonium saja disebut disebut gametofit uniseksual. Gametofit biseksual
dihasilkan oleh paku heterospora (paku yang menghasilkan dua jenis spora yang
berbeda).
Tumbuhan paku merupakan tumbuhan
fotoautotrof. Tumbuhan paku ada yang hidup mengapung di air ( misalnya Azolla
pinnata dan Marsilea crenata). Namun, pada umumnya tumbuhan paku
adalah tumbuhan terestrial (tumbuhan darat).
Reproduksi
Tumbuhan paku berkembang biak secara
aseksual dan seksual. Reproduksi aseksual dan seksual pada tumbuhan paku
terjadi seperti pada lumut. Reproduksi tumbuhan paku menunjukkan adanya
pergiliran antara generasi gametofit dan generasi sporofit (metagenesis). Pada
tumbuhan paku, generasi sporofit merupakan generasi yang dominan dalam daur
hidupnya.
Generasi gametofit dihasilkan oleh reproduksi aseksual
dengan spora. Spora dihasilkan oleh pembelahan sel induk spora yang terjadi di
dalam sporangium. Sporangium terdapat pada sporofit (sporogonium) yang terletak
di daun atau di batang. Spora haploid (n) yang dihasilkan diterbangkan oleh
angin dan jika sampai di tempat yang sesuai akan tumbuh menjadi protalus dan
selanjutnya menjadi gametofit yang haploid (n).
Gametofit memiliki dua jenis alat reproduksi, yaitu
anteridium dan arkegonium, atau satu jenis alat reproduksi, yaitu anteridium
saja atau arkegonium saja.
Arkegonium menghasilkan satu ovum yang haploid
(n). Anteridium menghasilkan banyak spermatozoid berflagelum yang haploid (n).
Spermatozoid bergerak dengan perantara air menuju ovum pada arkegonium. Spermatozoid
kemudian membuahi ovum. Pembuahan ovum oleh spermatozoid di arkegonium
menghasilkan zigot yang diploid (2n). Zigot membelah dan tumbuh menjadi embrio
(2n). Embrio tumbuh menjadi sporofit yang diploid (2n). Metagenesis tumbuhan
paku dapat dilihat melalui bagan metagenesis tumbuhan paku, sebagai berikut :
Berdasarkan
jenis spora yang dihasilkan, tumbuhan paku dibedakan menjadi tiga, yaitu :
- Paku Homospora,
Paku Homospora yaitu jenis tumbuhan paku yang
menghasilkan satu jenis spora yang sama besar. Contohnya adalah paku kawat (Lycopodium)
- Paku Heterospora
Paku heterospora merupakan jenis tumbuhan paku yang
menghasilkan dua jenis spora yang berbeda ukuran. Spora yang besar disebut
makrospora (gamet betina) sedangkan spora yang kecil disebut mikrospora (gamet
jantan). Contohnya adalah paku rane (Selaginella) dan Semanggi (Marsilea).
- Paku Peralihan
Paku peralihan merupakan jenis tumbuhan paku yang
menghasilkan spora dengan bentuk dan ukuran yang sama, serta diketahui gamet
jantan dan betinanya. Contoh tumbuhan paku peralihan adalah paku ekor kuda (Equisetum)
Berdasarkan
ciri tubuhnya, tumbuhan paku diklasifikasikan menjadi empat subdivisi, yaitu
paku purba (Psilopsida), paku kawat (Lycopsida), Paku ekor kuda (Sphenopsida),
dan paku sejati (Pteropsida).
Klasifikasi Tumbuhan Paku
Berdasarkan tingkat perkembangannya, tumbuhan paku dapat
diklasifikasikan menjadi 4 subdivisi, yaitu:
1. Subdivisi Psilopsida
Subdivisi Psilopsida merupakan jenis tumbuhan paku sederhana
dan hanya memiliki dua genus yang hidup tersebar luas di daerah tropik dan subtropik.
Termasuk tumbuhan paku homospora dan sudah hampir punah. Pada generasi
sporofit, jenis tumbuhan paku ini mempunyai ranting yang bercabang-cabang dan
tidak memiliki akar dan daun. Sebagai pengganti akar, jenis tumbuhan paku ini
memiliki akar yang diselubungi rambut-rambut kecil yang disebut rizoid dan
belum memiliki jaringan pengangkut. Contohnya adalah Psilotum nudum.
2.
Subdivisi Lycopsida
Disebut ga
sebagai paku kawat atau paku rambut. Anggota kelompok ini memiliki daun
kecil-kecil dan tidak bertangkai. Tumbuhan paku ini termasuk paku yang
hterspora. Hidup sebagai epifit di daerah tropis. Contohnya adalah Lycopodium
cernuum (paku kawat) dan Selaginella (paku rane).
3. Subdivisi Sphenopsida
Dikenal sebagai paku ekor kuda dengan sporofit yang cukup
mencolok. Gametofitnya berkembang dari spora berukuran sangat kecil, dapat
berfotosintesis serta hidup secara bebas. Spora haploid dihasilkan di dalam
sporangium secara meiosis. Sphenopsida termasuk paku peralihan. Umumnya
memiliki batang bercabang dan beruas-ruas. Daunnya kecil seperti selaput halus,
tunggal dan tersusun melingkar. Batangnya berwarna hijau yang mengandung
klorofil untuk fotosintesis. Contohnya adalah Equisetum debile (paku ekor
kuda).
4. Subdivisi Pteropsida
Dikenal sebagai pakis menurut pengertian kita sehari-hari.
Banyak ditemukan di daerah hutan tropis dan subtropis. Memiliki daun yang lebih
besar dibandingkan dengan subdivisi lainnya dan dibedakan menjadi dua macam
yaitu megafil dengan sistem percabangan pembuluh dan mikrofil yaitu daun yang
tumbuh dari batang yang mengandung untaian tunggal jaringan pengangkut. Daunnya
yang masih muda menggulung pada ujungnya dan sporangium terdapat pada sporofil.
Contohnya adalah Adiantum cuneatum (suplir), Marsilea crenata (semanggi), dan
Asplenium nidus (paku sarang kuda).
Alat dan Bahan:
1. Alat
·
Lup
·
Alat
tulis
·
Papan bedah
·
Cutter
2. Bahan
· Sample spesies
Pterydophyta
Cara Kerja:
1.
Menyiapkan alat dan bahan yang
diperlukan untuk praktikum.
2.
Mengambil sample yang akan diamati.
3.
Mengamati bagian morfologi sample spesies Pterydophyta.
4.
Membandingkan
hasil pengamatan dengan gambar pembanding.
5.
Menggambar hasil pengamatan.
6.
Menyusun urutan klasifikasi.
PEMBAHASAN
1.
Polypodium
sundaicum
Morfologi :
a.
Mempunyai tulang daun, batang, dan akar sejati.
b.
Hidup ditempat yang lembab.
c.
Daun berbentuk panjang.
d.
Batang menempel pada pohon.
e.
Sorus tersebar tidak beraturan terletak dibawah daun.
Klasifikasi
Domain : Eukarya
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Clasiss : Filicinae
Ordo : Superfisiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Polypodium
Spesies : Polypodium
sundaicum
2. Adiantum cuneatum
Morfologi :
a.
Rhizoid/ rimpang serabut.
b.
Rhizoid/ rimpang merayap pada permukaan tanah.
c.
Tangkai berwarna hitam mengkilap dan kaku.
d.
Sorus berada disisi bawah daun berwarna coklat
dibagian tepi daun dan letaknya teratur.
e.
Percabangan batang membentuk spiral.
f.
Warna daun hijau.
g.
Bentuk daun persegi panjang dengan tepi bergelombang.
h.
Tekstur daun tipis.
i.
Urat daunnya terbentuk secara bebas.
j.
Percabangannya
banyak.
Adiantum cuneatum
memiliki sorus bangun ginjal atau bangun garis. Terletak pada tepi daun yang
terlipat kebawah dan berfungsi sebagai indusium. Mula-mula insidium menutup
sporangium, tetapi kemudian terdesak ke samping. daun majemuk dengan
bermacam-macam bentuk. Adiantum cuneatum memiliki daun muda yang
tergulung tidak dibentuk strobilus. Sporangium terletak pada bagian ventral
daun sebelah pinggir. Sporangium berkelompok dalam sorus dengan atau tanpa
selaput ataupun indusium. Adiantum cuneatum bereproduksi dengan spora.
Gametofit disebut protalium yang berukuran kecil. Arkegonium mengandung sel
telur, anteredium menghasilkan anterozoid yang terletak pada bagian ventral
gametofit. Alat kelamin multiseluler.
Klasifikasi
Domain : Eukarya
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Marginales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum
cuneatum
3. Cycloporus nummularifolius
Morfologi :
a.
Mempunyai batng yang bercabang.
b.
Pada rhizoid ada bulu/rambut (palea)
c.
Daun lebar (makrofil)
d.
Daun berbentuk bulat/lonjong
e.
Sorus berada ditepi daun yang memanjang
Klasifikasi
Domain :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Classis :
Filicinae
Ordo :
Marginales
Familia :
Polypodiaceae
Genus :
Cyclophorus
Spesies : Cyclophorus nummularifolius
4.
Nephrolepis
falcate
Morfologi :
a.
Memiliki akar, batang dan daun
b.
Daun yang muda menggulung
c.
Akarnya serabut atau merimpang
d.
Daun berbentuk menyirip
e.
Daunnya makrofil
f.
Memiliki rozet pada daun bagian ujung
g.
Sorusnya terletak pada bagian tepi bawah daun
h.
Daunnya indosium (melindungi sporangium)
Nephrolepis
sp disebut
sebagai tumbuhan kormus karena sudah memiliki akar, batang dan daun.Daunnya
berwarna hijau karena mempunyai klorofil . Nephrolepis sp berbentuk
sorus bulat atau bangun garis., pada sisi bawah daun, sepanjang tepi atau agak
jauh sejajar dengan tepi itu. Insidium sesuai dengan bentuk sorus.
Batang
Nephrolepis berbentuk bulat, tetapi pada spesies ini terdapat seperti
lekukan dipermukaannya sepanjang batang tersesut. umumnya merupakan tanaman
kecil dengan sedikit daun, tingginya kurang dari 0.5m tinggi. Warna batang
kecoklatan.permukaan halus akan tetapi seperti tedapat rambut-rambut yang
sangat halus pada batangnya.
Daur
hidup tumbuhan paku terdiri dari dua fase utama:gametofit dan sporofit.
Tumbuhan paku yang mudah kita lihat merupakan bentuk fase sporofit karena
menghasilkan spora. Bentuk generasi fase gametofit dinamakan protalus
(prothallus) atau protalium (prothallium), yang berwujud tumbuhan kecil berupa
lembaran berwarna hijau, mirip lumut hati, tidak berakar (tetapi memiliki
rizoid sebagai penggantinya), tidak berbatang, tidak berdaun.
Klasifikasi
Domain :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Classis :
Filicinae
Ordo :
Superficiales
Familia :
Polypodiaceae
Genus :
Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis falcate
5. Blechnum sp
Morfologi :
a.
Daunnya memanjang dan menyirip
b.
Pada tangkai daun terdapat bulu-bulu daun
c.
Pada daunnya terdapat garis tengah dan urat daun
d.
Memiliki rhizoid yang lebat
e.
Pada rhizoidnya terdapat seperti bulu-bulu putih
f.
Sorus terdapat pada bawah daun disepanjang tepi secara
teratur.
Klasifikasi
Domain :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Classis :
Filicinae
Ordo :
Marginales
Familia :
Polypodiaceae
Genus :
Blechnum
Spesies : Blechnum sp
Ket :
·
Dapat dimasukkan kedalam ordo marginales karena sorus
berada pada bawah daun tersusun secara teratur ditepi daun.
6. Platycerium coronarium
Morfologi :
a.
Daun menempel pada pangkalnya/substrat dan tersusun
seperti genting
b.
Daunnya tebal berdaging
c.
Daun yang fertile bergantungan, mencabang dan
menggarpu
d.
Daun sporofil menempel pada substrat
e.
Daun berwarna
hijau karena mengandung klorofil dan berguna untuk proses fotosintesis
f.
Ibu tulang bercabag menggarpu, urat* saling berdekatan
Klasifikasi
Domain :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Classis :
Pteridopsida
Ordo :
Familia : Polypodiaceae
Genus :
Platycerium
Spesies : Platycerium coronarium
7.
Pityrogramma
sp
Morfologi :
a.
Memiliki urat daun dan tulang daun
b.
Batang berupa rhizome
c.
Tulang daun percabangan dikotom
d.
Satu titik rimpang mempunyai banyak cabang
e.
Sorus dibawah daun, menyebar tak beraturan ditepi daun
Klasifikasi
Doman :
Eukarya
Kingdom :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Classis
:Filicinae
Ordo :
Superficiales
Familia :
Polypodiaceae
Genus :
Pityrogram
Spesies : Pityrogramma sp
8. Adiantum terenum
Morfologi :
a.
Sporangium berbentuk sorus
b.
Sorus terletak diujung daun bagian bawah
c.
Daun berbentuk rozet
d.
Daun tersusun spiral
e.
Bentuk daun perisai dan bertoreh
f.
Tangkai daun berdiri tegak
g.
Sorus tertutup oleh indosium
h.
Sorus tertata secara teratur ditepi daun
i.
Batang mengeluarkan banyak akar dan jika akar tidak
masuk kedalam tanah, akar itu tidak bertambah panjang dan menyelubungi batang
Klasifikasi
Domain : Eukarya
Kingdom : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis : Filicinae
Ordo : Marginales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Adiantum
Spesies : Adiantum tenerum
9. Drymoglossum
Morfologi :
a.
Sorus pada sisi bawah daun, dikanan kiri dan sejajar
dengan ibu tulang daun, panjang bentuk garis tanpa indusium
b.
Daun tunggal, bertepi rata
dimorf jika mati lepas dari
rimpang
c.
Daun fertil jauh lebih panjang daripada steril
d.
Daun epifit
e.
Sorus tanpa indisium, menutupi sebagian atau seluruh
sisi bawah daun
KESIMPULAN
dan SARAN
Kesimpulan
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya
telah mempunyai kormus , artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam
tiga bagian pokok, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian tumbuhan paku
belum memiliki biji. Daunnya berwarna hijau karena memiliki klorofil yang
digunakan untuk berfotosintesis. Alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora. Warga tumbuhan paku amat heterogen baik ditinjau dari segi
habitat maupun cara hidupnya.
Saran
Adapun
saran yang dapat saya sampaikan diharapkan agar praktikan menyiapkan semua
bahan yang akan digunakan serta diharapkan agar bahan yang disiapkan dalam
keadaan baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo,
Gembong.1989. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta
: Gadjah Mada University
Press
Campbell, Neil A.1999.Biologi edisi kelima jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Tjitrosoepomo,Gembong.2000.
Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Aryanto.2000.
Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Iqbal.2008. Sistematika
Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Estiati B, Hidayat. 1995.Taksonomi tumbuhan
(Cryptogamae). Bandung: ITB Bandung
Muspiroh, Novyanti, dkk. 2010. Buku Panduan
Praktikum Taksonomi Tumbuhan 1 (Cyptogamae). Cirebon: Pusat Laboratorium IAIN
Syakh Nurjati
John w. Kimball dkk. 2006. Biologi jilid 3. Jakarta:
Erlangga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar